Powered by Blogger.

Cerita Cinta dari Kampung Kerema

by - 2:58 AM

Film Titanic mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Although Im not gonna blame anyone who hasn't seen the movie Titanic.


Everybody knows that Kate Winslet should have got up and share that piece of wood with Leo so both them can stay alive. That's the cold part, Rose watched him dead on the water. Common now that's a huge piece of wood.

Anyhow... enough about Titanic, here i am going to share a true love story based on a real event in Papua. Please bear with me as a began the story by explaining more about the ethnicity or where exactly the even took place. Trust me, at the end of the story you will find out just how beautiful the love story is.

_________________________________________________________________________________

Ini bukan sebuah cerita dongeng, melainkan sebuah cerita nyata yang terjadi sekitar enam puluh tahun yang lalu. Cerita ini diceritakan langsung oleh mama terkasih yang dulunya menjadi pelaku utama atau mengalami kisah cinta yang akan diceritakan lebih lanjut. Mama terkasih menceritahkan kisah cintahnya didalam Bahasa daerah setempat yang kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh salah seorang lainnya. Mama terkasih berasal dari suku Sogoi yang berada atau tinggal di kampung Kerema yang saat ini berada di wilayah Distrik Waropen Atas, Kabupaten Mamberamo Provinsi Papua. Salah satu suku lainnya yang berada di kampung Kerema adalah suku Audate.

Dahulu pada sekitaran tahun 50-an di wilayah yang sekarang ini disebut Distrik Waropen Atas, sering terjadi perang antara suku. Salah satunya adalah perang suku antara suku Baudi dan suku Sagoi. Baudi merupakan nama sebuah suku yang terbagi menjadi dua. Aslinya berasal dari wilayah Waropen atas, tetapi sebagian kecil lainnya berada juga pada di bawah di pinggir sungai Mamberamo. Suku Baudi ini secara sengaja diberikan wilayah untuk tinggal di sekitaran wilayah sungai Mamberamo, agar dapat lebih terhubung dengan dunia luar atau agar dapat melihat transportasi Kapal Laut yang keluar masuk sungai Mamberamo.

Badan Pusat Statistik (BPS) Papua memasukan suku Baudi kedalam daftar 20-an suku terasing yang telah terindentifikasi. Luasnya hutan belantara, penggunungan, lembah, rawa hingga sungai-sungai yang besar membuat suku ini hampir tidak pernah bersentuhan langsung dengan peradaban modern. Kehidupan keseharian suku ini bahkan masih dijalani secara tradisional.

Pada sekitaran tahun 50-an ini atau sekitar kurang lebih 60 tahun yang lalu, di Kampung Karema, terjadi perang suku yang dahsyat antara suku Baudi dan suku Sogoi. Saat itu wilayah Pulau Papua sendiri masih berada di bawah pemerintahan Belanda. Aparat keamanan dari pihak Belanda biasanya dipanah mati apabila mencoba untuk menenangkan perang suku ini. Peperangan ini biasanya akan berhenti ketika seorang wanita dari kampung Kerema diserahkan kepada suku Baudi. Menyerahkan seorang wanita kepada suku Baudi adalah salah satu cara yang dipakai untuk mendamaikan perang antara suku pada saat itu.

Walau tidak Ingin menyerahkan adik Perempuan mereka yang masih perawan ini. Sambil bernyanyi dalam tangisan, mereka mengantarkan adik Perempuan mereka untuk diserahkan Kepada Suku Baudi. Sambil bernyanyi disertai tangisan dalam Bahasa daerah setempat, mereka menyerahkan adik mereka sambil melepaskan semua yang dikenakan adik Perempuan mereka saat itu.

“Adik, maafkan kami, tong sayang ko, tapi biar ade ko pergi e supaya perang ini berhenti.” (Dalam Bahasa Daerah Setempat)

Setelah beberapa saat, terdengar suara girang penuh tawa dari sang Kepala Suku Baudi. Rupanya sang kepala suku sudah merasa puas dengan Perempuan yang diberikan dari kampung Kerema ini. Saat itu juga perang dihentikan oleh suku Baudi. Kepala suku Baudi berkata “ah ini sudah.”  Sang perempuan yakni mama terkasih yang menceritakan cerita ini diserahkan dan dijadikan salah satu istri dari kepala suku Baudi ini. Dari mama terkasih atau perempuan asal Kampung Kerema Suku Sogoi ini, lahir beberapa anak-anak yang juga memiliki darah keturunan suku Baudi.

Sesudah kejadian itu terjadi, perang suku masih terus saja berlangsung, bahkan antara suku Baudi dan suku Sogoi di wilayah Waropen Atas. Anak-anak dari mama terkasih asal suku Sogoi dan kepala Suku Baudi yang terlahirpun semakin bertambah besar.

Setiap kali terjadi perang suku antara suku Baudi dan suku Sogoi, anak-anak yang terlahir hasil penggabungan kedua suka ini akan tampil kedepan dan berusaha untuk menjadi penengah. Saat anak-anak tersebut maju dan berdiri ditengah-tengah kedua Suku yang saling berperang ini, maka perang sukupun berhenti sejenak; tidak ada yang dapat saling memanah satu sama lain. Anak-anak dari kedua keturunan ini selalu akan menjadi penengah. Dengan sendirinya orang-orang dari kedua suku ini akan berhenti berperang karena meraka yang sedang berperang tahu bahwa ada darah keturunan mereka dari di dalam ke anak-anak yang berdiri menjadi penengah ini. Darah anak keturunan suku mereka sangat penting bagi orang-orang dari kedua suku berbeda ini. Pada akhirnya perang antara kedua suku Baudi dan suku Sogoi selalu dapat diredahkan dan dihentikan dan semakin jarang terjadi.

Belum berakhir sampai disitu, ada cerita cinta lainnya didalam serangkaian cerita diatas. Mama terkasih yang menceritakan kisah ini adalah salah seorang perempuan Papua terkuat bahkan mungkin terkuat dibandingkan semua orang yang ada di kampung Kerema saat itu. Mama terkasih yang menjadi korban bayaran kepada kepala suku Baudi agar perang suku dihentikan, ternyata memiliki seorang kekasih pilihan hatinya sendiri. Berlanjut dari sinilah mengapa kisah cinta mama terkasih menurut saya jauh lebih menarik dari kisah cinta di film “Titanic” yang tadi sa gambarkan sedikit di intro.

Tidak disebutkan siapa nama kekasih atau orang yang sesungguhnya dicintai oleh mama terkasih pelaku utama dalam cerita ini. Mama yang menceritakan cerita ini hanya dapat mengenang semua kenangan meraka bersama yang bisa dibilang sangat singkat karena mereka masih sangat muda tapi berkesan dihati karena itulah cinta sejatinya. Pria kekasih mama tersebut awalnya sudah disatukan secara adat setempat untuk nantinya dikawinkan dengan mama terkasih. Namun sayang, cerita cinta mereka harus berhenti dan tidak dapat berakhir seperti yang mungkin pernah mereka bayangkan indahnya bersama. (Ahhh siooo adohhh…Sorry guys! Lanjut Lanjut)

Bayangkan harus berpisah dari orang yang paling disayang… Tiba-tiba harus dipisahkan dan tidak pernah bisa berjumpa kembali lagi dan semua yang mungkin pernah direncanakan bersama harus berakhir begitu saja.

Saat mama terkasih diserahkan kepada Kepala Suku Baudi saat itu, pria yang menjadi Sang kekasih tidak dapat melakukan apa-apa seorang diri karena menyerahkan mama terkasih untuk dikawini oleh sang Kepala Suku adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan semua masyarakat kampung Kerema dan menghentikan perang suku yang sangat dahsyat saat itu. Benar-benar suatu pengorbanan yang sangat besar.

Sesaat setelah itu, pria yang sesungguhnya dicintai oleh mama terkasih, nyawanyapun menjadi incaran. Karena cinta mereka yang kuat dan sudah sangat menyatu, keluarga dan masyarakat di Kampung Kerema tidak Ingin apabila nantinya sang kekasih dari mama ini menimbulkan kekacauan terhadap kepala Suku Baudi karena Ingin mendapatkan atau merebut kembali perempuan yang dicintainya (mama yang menceritakan cerita ini dan sudah menjadi istri dari Kepala Suku). Masyarakat kampung Kerema pun memutuskan untuk harus membunuh pria yang dincintai dan mencintai mama terkasih. Masyarakat kampung Kerema menangkap sang pria tersebut dan menjelaskan maksud mereka. Sang pria ini kemudian dibiarkan hidup untuk sebulan sebelum akhirnya harus dipanah mati oleh masyarakat kampung Kerema.

Mama terkasih yang menceritakan kisah ini adalah seorang perempuan Papua yang kuat dan gagah berani. Berani mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan nyawa masyarakat kampungnya, tapi yang lebih besar daripada itu berani meninggalkan orang yang sesungguhnya sangat dicintainya. Walaupun pria yang dicintainya sudah lama skali dipanah mati, tetapi sa percaya mereka dulu awalnya sudah memiliki kisah cinta meraka sendiri yang kuat sehingga walaupun singkat dan tak berujung bersama, tapi masih terus dikenang dan dapat diceritakan kembali oleh mama terkasih.

Demikianlah sepenggal cerita cinta dari Kampung Kerema. 

[Special thanks to my boss Mr. Ramandey for sharing with me such beautiful love story!!!
Sa tidak dengar langsung ceritanya dari mama yang menceritakan, tapi sa punya bos mereka yang pergi berkunjung ke Kampung Kerema dan mendengarkan ceritanya langsung dari mama terkasih yang masih hidup sampai saat cerita ini sa bagikan.]

________________________________________________________________


#Peace (LvK)



You May Also Like

0 comments

Kalau Ko bekerja, Ko bekerja sendiri... Tapi kalau Ko berdoa, Tuhan yang bekerja